LINIMASA – Kabar mengejutkan datang dari Ukraina, Volodymyr Zelensky diketahui telah memecat komandan militer senior pada Minggu 26 Februari 2023. Padahal dia telah membantu untuk memimpin perang melawan Rusia di wilayah timur.
Eduard Moskalyova, seorang komandan militer Ukraina telah dipecat oleh Zelensky tanpa alasan yang jelas.
Hal itu disampaikan dalam dekrit Presiden yang berisi pengumuman pemecatan Eduard Moskalyova dari komandan pasukan gabungan Ukraina yang pernah terlibat di pertempuran Donbas.
Moskalyova diketahui menjabat sejak Maret 2022 setelah Rusia mulai menginvasi beberapa wilayah Ukraina.
Baca Juga:Hasil Sidang Pembunuhan Brigadir J, Agus Nurpatria Divonis 2 Tahun Penjara
Gedung Putih Izinkan Revisi Kepemilikan Krimea

Amerika Serikat percaya jika kepemilikan Krimea bisa dipertimbangkan ulang di masa depan. Hal itu disampaikan oleh Penasihat Keamanan Nasional Presiden Amerika Serikat, Jake Sullivan dalam sebuah wawancara dengan NBC News sebagaimana dikutip Linimasa.
"Masalah Krimea adalah pertanyaan yang akan terjadi di masa depan. Inilah yang akan kita tuju," kata Jake Sullivan.
Sullivan juga menekankan bahwa Kiev sekarang perlu fokus pada tujuan jangka pendek untuk mendapatkan keuntungan di medan perang dengan dukungan AS.
Menurutnya, keberhasilan ini pada akhirnya bertujuan untuk memulihkan integritas teritorial Ukraina. Sullivan menjawab kemungkinan partisipasi Washington dalam pembahasan status Krimea.
Sullivan mencatat bahwa Amerika Serikat tidak akan membahas masalah kedaulatan negara lain.
Baca Juga:6 Wilayah Ukraina Berhasil Dikuasai Rusia Sejak Invasi 24 Februari 2022
Penasihat kepala kantor Zelensky, Mikhail Podolyak , menunjukkan bahwa setelah menyetujui pasokan tank, Ukraina sedang menegosiasikan transfer rudal jarak jauh dan pesawat untuk menyerang Krimea.
Upaya semacam itu disebut pihak Rusia sebagai langkah bunuh diri, karena serangan Ukraina tidak mungkin bisa merebut sebagian wilayah dari tenaga nuklir Rusia yang kuat.
Dmitry Medvedev, wakil ketua tetap Dewan Keamanan Rusia mengungkapkan serangan di Krimea akan diikuti oleh serangan balasan.
"Semua Ukraina yang tersisa di bawah kekuasaan Kyiv akan terbakar," ujar Medvedev.
Seperti diketahui, Krimea menjadi wilayah Rusia pada Maret 2014 setelah referendum menyusul kudeta di Ukraina.
Dalam referendum 2014, 96 persen pemilih di Krimea dan 95 persen di Sevastopol mendukung bergabung dengan Rusia.
Ukraina masih menganggap Krimea sebagai wilayah yang diduduki sementara dan banyak negara Barat mendukung Ukraina dalam masalah ini.