Dolar Melemah di Awal Sesi Asia Saat Manufaktur Cina Bergeliat

Mata uang dolar melemah pada awal sesi perdagangan Asia pada Kamis pagi (2/3/2023). Melemahnya dolar dipicu adanya optimisme tentang pembukaan kembali perekonomian Cina setelah diterjang badai Covid-19 beberapa waktu lalu.

Udin Suyoga
Kamis, 02 Maret 2023 | 10:00 WIB
Dolar Melemah di Awal Sesi Asia Saat Manufaktur Cina Bergeliat
Dolar Rupiah ; Ilustrasi Dolar ; Ilustrasi Rupiah ; Uang Dolar ; Dolar Amerika (Suara.com/Alfian Winanto)

LINIMASA - Mata uang dolar melemah pada awal sesi perdagangan Asia pada Kamis pagi (2/3/2023). Melemahnya dolar dipicu adanya optimisme tentang pembukaan kembali perekonomian Cina setelah diterjang badai Covid-19 beberapa waktu lalu. 

Selain itu, inflasi ketat di Eropa membuat euro berada di jalur terbaiknya selama satu setengah bulan terakhir. 

Dolar kehilangan 0,9 persen terhadap mata uang euro semalam karena bergerak lebih rendah meski imbal hasil AS naik. Spekulasi greenback kemungkinan telah memuncak karena reli Februari sudah berakhir. 

Euro naik 1,2 persen pada pekan ini dan terakhir berada di harga 1,0667 dolar dengan inflasi Jerman yang lebih hangat dari perkiraan pada Februari 2023. 

Baca Juga:Tatapan Kosong Aldila Jelita Saat Indra Bekti Bilang sang Istri Tercipta untuk...

Selain itu, tekanan pun bertambah terhadap Bank Sentral Eropa untuk mengambil langkah menaikkan suku bunga mengingat adanya sinyal inflasi kuat tak terduga di Prancis dan Spanyol.

"Pembalikan ara dolar datanga tepat sesuai jadwal karena arus akhir bulan gagal dan pendorong dominan euro/dolar, perbedaan suku bunga, menegaskan kembali hal itu," kata Presiden Firma Analitik Spectra Markets, Brent Donnelly.

Mata uang Yen hampir tidak mengalami perubahan harga, tapi dolar membuat penurunan luas pada mata uang Asia. Aktivitas manufaktur di Negeri Tirai Bambu yang kembali tumbuh membuat yen naik signifikan mencapai 0,9 persen. 

Pada Kamis pagi, yen sedikit menguat pda 136,04 terhadap dolar pada awal perdagangan Sementara dolar Australia menahan kenaikan sesi sebelumnya meski data pertumbuhan lebih lemah dari perkiraan dan inflasi mungkin mencapai puncaknya. 

"Kejutan positif PMI (indeks Manajer Pembelian) kemarin untuk Cina pada Februari adalah positif untuk harga komoditas pertambangan dan mata uang negara-negara yang mengekspornya," ucap Kepela Ekonomi Internasional Commonwealth Bank of Australia, Joe Capurso. (Sumber: Antara)

Baca Juga:Berkaca-kaca, Indra Bekti Ungkap Hal Ini setelah Digugat Cerai Aldila Jelita

REKOMENDASI

BERITA TERKAIT

Ekbiz

Terkini

Tampilkan lebih banyak